Jumat, 03 Februari 2017

Virtual Office Sebagai Solusi Kemacetan di Jakarta

Virtual Office Sebagai Solusi Kemacetan di Jakarta

Tingkat kemacetan di Jakarta menduduki peringkat pertama di dunia menurut hasil survei Castrol’s Magnatec Stop-Start Index yang dirilis awal Februari 2015. Pengemudi kendaraan di Jakarta rata-rata mengalami 33.240 berhenti-jalan (start-stop) alias kemacetan setiap tahunnya. Selain itu, pengemudi rata-rata menghabiskan waktu 27,22 persen waktu untuk berhenti (idling time).
Waktu kemacetan juga bertambah panjang. Pada tahun 2013, jam kemacetan di Jakarta paling parah yaitu pada pukul 07.00-09.00 untuk pagi dan 16.00-20.00 untuk sore. Pada tahun 2014, kemacetan di Jakarta terjadi rata-rata pada pukul 07.00-11.00 untuk pagi dan 16.00-22.00 untuk sore. Bahkan di hari-hari tertentu, kemacetan dapat terjadi sepanjang waktu dan tidak dapat diprediksi (Kompas.com, 2015).
     Kemacetan yang bertambah panjang di Jakarta disebabkan oleh pertumbuhan kepemilikan kendaraan yang tidak seimbang dengan pertumbuhan jalan. Pertumbuhan kendaraan setiap tahun mencapai 12-13 persen. Sementara itu, pertumbuhan jalan hanya 0,01 persen per tahunnya (Beritatrans.com, 2015).
Jumlah unit kendaraan bermotor hingga akhir 2014 di Jakarta sebanyak 17.523.967 unit yang didominasi oleh kendaraan roda dua dengan jumlah 13.084.372 unit. Diikuti dengan mobil pribadi sebanyak 3.226.009 unit, mobil barang 673.661 unit, bus 362.066 unit, dan kendaraan khusus 137.859 unit (Beritatrans.com, 2015).
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, jumlah kendaraan bermotor di Jakarta dan sekitarnya bertambah sebanyak 5.500 hingga 6.000 unit kendaraan. Jumlah tersebut didominasi oleh pertambahan sepeda motor yang mencapai 4.000 hingga 4.500 per hari. Sedangkan kendaraan roda empat mengalami pertumbuhan sebanyak 1.600 unit per hari. Jumlah tersebut dihitung berdasarkan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) yang dikeluarkan Samsat Polda Metro Jaya setiap harinya (Beritatrans.com, 2015).
Sementara itu, panjang jalan di DKI mencapai 7.208 Km, baru memenuhi 60 persen dari total kebutuhan sebenarnya. Berdasarkan perhitungan Kementerian Pekerjaaan Umum (PU), dengan populasi hampir 12 juta jiwa, di Ibu Kota dibutuhkan jalan sepanjang 12.000 Km.

Kemacetan lalu lintas memberikan dampak negatif yang besar, yaitu:
a.    Kerugian waktu, karena kecepatan perjalanan yang rendah.
b.    Pemborosan energi, karena pada kecepatan rendah konsumsi bahan bakar lebih tinggi.
c.    Keausan kendaraan lebih tinggi, karena waktu yang lebih lama untuk jarak yang pendek, radiator tidak berfungsi dengan baik dan penggunaan rem yang lebih tinggi.
d.    Meningkatkan polusi udara, karena pada kecepatan rendah konsumsi energi lebih tinggi, dan mesin tidak beroperasi pada kondisi yang optimal.
e.    Meningkatkan stress pengguna jalan.
f.     Mengganggu kelancaran kendaraan darurat seperti: ambulans dan pemadam kebakaran dalam menjalankan tugasnya.

Beberapa langkah telah dilakukan untuk memecahkan permasalahan kemacetan lalu lintas sebagai berikut :

1.      Peningkatan kapasitas Jalan
  1. Memperlebar jalan dan menambah lajur lalu lintas, seperti penambahan ruas jalan tol serta pembangunan jalan layang tol dan non tol.
  2. Mengurangi konflik di persimpangan melalui pembatasan arus tertentu, biasanya yang paling dominan membatasi arus belok kanan.
  3. Meningkatkan kapasitas persimpangan melalui pengaturan lampu lalu lintas dan pembuatan jalan layang (flyover) atau jalan terowongan (under pass).
  4. Mengembangkan inteligent transportation system, membentuk otoritas transportasi Jabotabek dan revisi rencana induk transportasi terpadu.
2.    Peningkatan angkutan umum
  1. Pemaksimalan penggunaan transportasi publik berbasis rel dan bus, seperti penambahan armada dan koridor Busway, penambahan jadwal dan gerbong Commuter Line (KRL), pembangunan Mass Rapid Transportation (MRT), Kereta Api Ringan/Light Rail Transit (LRT), serta pembuatan jalur kereta api Bandara Soekarno-Hatta.
  2. Subsidi langsung seperti yang diterapkan pada Transjakarta, maupun subsidi tidak langsung melalui keringanan pajak kendaraan bermotor dan bea masuk kepada angkutan umum.
  3. Penyediaan bahan bakar gas (BBG) yang murah untuk angkutan umum.
  4. Menyediakan parkir dekat stasiun kereta api Jabodetabek dan juga halte Busway.
3.    Pembatasan kendaraan pribadi
  1. Pembatasan penggunaan kendaraan pribadi menuju suatu kawasan tertentu seperti kawasan three in on dan rencana penerapan Electronic Road Pricing (ERP).
  2. Penerapan tarip parkir yang tinggi di kawasan yang akan dibatasi lalu lintasnya, ataupun pembatasan penyediaan ruang parkir di kawasan yang akan dibatasi lalu lintasnya.
  3. Pembatasan pemilikan kendaraan pribadi melalui peningkatan biaya pemilikan kendaraan, pajak bahan bakar, pajak kendaraan bermotor, bea masuk yang tinggi dan pajak progresif.
Berikut ini adalah beberapa solusi alternatif dalam mengatasi kemacetan di Jakarta, yaitu:
1.  Memindahkan pusat pemerintahan dari Jakarta, sehingga Jakarta hanya digunakan sebagai pusat bisnis.
2.    Jalur three in one lebih diperluas wilayahnya dan tidak menggunakan batas waktu.
3. Jalan-jalan yang dilalui busway yang menyebabkan penyempitan badan jalan harus segera diperlebar.
4.    Antrian Pembayaran Jalan Tol sebaiknya di pintu keluar dan menaikkan tarif tol.
5.    Membangun Rumah Susun Sewa Murah di pusat-pusat perkantoran.
6.    Membangun Transportasi Air (water way).
7.   Membatasi kepemilikan mobil, seorang pemilik mobil nantinya diharuskan mengantongi sertifikat kepemilikan yang hanya akan dikeluarkan sebanyak 30 ribu per tahunnya.
8. Pembatasan tahun produksi kendaraan yang melintas di jalur utama kota Jakarta, misalnya 10 tahun terakhir.
9.  Pajak kendaraan dinaikan 100%. Artinya membeli kendaraan baru harus memang karena kebutuhan, seperti sudah tidak layak pakai/bukan karena faktor prestise.
10.  Menerapkan aturan ujian SIM yang ketat dan harga yang mahal. Sehingga orang tidak boleh sembarangan dan sangat sulit mendapatkan SIM.

Dari penjelasan di atas dapat dianalisa dan disimpulkan bahwa salah satu penyebab kemacetan di Jakarta diakibatkan oleh mobilitas karyawan yang berkantor di Jakarta, karena puncak kemacetan terjadi pada saat jam berangkat dan pulang kerja. Selain itu, solusi yang diterapkan untuk mengurangi kemacetan di Jakarta terbukti belum efektif dan malah menyebabkan kemacetan semakin parah.
Kemacetan di Jakarta dapat ditekan dengan cara mengatur atau meminimalisasi mobilitas karyawan yang berkantor di Jakarta dengan menerapkan konsep virtual office atau remote office. Dengan virtual office, perusahaan atau instansi membangun system IT yang melakukan otomatisasi proses manual dan paper-based menjadi system otomatis berbasis IT yang bisa diakses oleh karyawan dari mana saja menggunakan jaringan telekomunikasi/internet yang disediakan oleh operator jasa telekomunikasi/internet. Dengan konsep ini, seorang karyawan bisa bekerja dari mana saja (di rumah atau kantor cabang terdekat) tanpa harus datang ke kantor atau ke kantor pusat secara fisik. (Detik.com, 2010)
Virtual Office / Kantor virtual merupakan istilah umum untuk suatu lingkungan yang memungkinkan jaringan rekan kerja untuk menjalankan usaha secara efisien dengan menggunakan teknologi komunikasi online. Pengguna dapat mengakses data dari perangkat apapun (PC, Laptop, PDA, smartphone, dll) yang dilengkapi web dan internet.

Faktor pendukung penerapan virtual office:
1.    Tersedianya jaringan komunikasi dan internet dengan kecepatan tinggi di Jakarta.
2.    Sebagian besar warga Jakarta sudah terbiasa bekerja dengan komputer dan Internet.
3.    Sebagian besar warga Jakarta memiliki personal computer (PC), laptop atau smartphone.
4. Sudah banyak layanan publik yang bisa diakses dengan menggunakan internet (e-goverment). Contoh : pengisian SPT pajak dengan e-filling, pembuatan passport secara online (e-passport), perpanjangan SIM secara online, dll.

Dari hasil riset Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) yang bekerja sama dengan PusKakom Universitas Indonesia, selama tahun 2014, pengguna Internet di Indonesia tercatat sebanyak 88,1 juta, tumbuh 16,2 juta dari sebelumnya 71,9 juta atau dengan kata lain memiliki penetrasi 34,9%.
Angka 88,1 juta itu disesuaikan dengan jumlah penduduk di Indonesia yang mana pada tahun 2014 Badan Pusat Statistik mendata sedikitnya jumlah penduduk di Indonesia mencapai 252 juta.
Dari hasil survei yang dilakukan terhadap 7.000 pengguna internet Indonesia, didapat jumlah 78,5% pengguna internet tinggal di wilayah Indonesia bagian barat. Jakarta berhasil menggeser Yogyakarta dengan jumlah persentase 56% dibanding Yogyakarta yang mencapai 54%. Sementara jumlah terkecil penetrasi Internet ditempati oleh wilayah Papua Barat dengan persentase 20%.
Tentu penerapan virtual office tidak bisa dilakukan begitu saja. Dibutuhkan persiapan yang matang beserta dukungan oleh perusahaan atau instansi dimana karyawan bekerja beserta kebijakan pemerintah untuk mengatur hal ini.
Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan perusahaan atau instansi yang akan menerapkan solusi virtual office ini:
  1. Melakukan identifikasi jenis pekerjaan yang harus dilakukan di kantor dan pekerjaan yang tidak harus dilakukan di kantor. Untuk perusahaan yang berkantor pusat di Jakarta dan memiliki cabang di luar Jakarta, melakukan identifikasi mana pekerjaan yang harus dilakukan di kantor pusat dan mana pekerjaan yang bisa dilakukan di kantor cabang.
  2. Identifikasi departemen dan atau karyawan yang harus bekerja di kantor dan tidak harus bekerja di kantor sesuai dengan hasil identifikasi langkah pertama di atas. Atau mengarahkan karyawan yang pekerjaannya bisa dilakukan di kantor cabang terdekat.
  3. Membuat kebijakan dan Standard Operation Procedure (SOP) untuk mengatur bagaimana seorang karyawan bisa bekerja dari mana saja tanpa harus datang ke kantor, termasuk meniadakan kebiasaan absensi fisik seseorang.
  4. Mendesain dan membangun infrastruktur Teknologi Informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi karyawan yang bekerja dari luar kantor.
  5. Melakukan sosialisi cara bekerja model baru tersebut kepada semua karyawan termasuk model evaluasi kinerja karyawan.
  6. Melakukan pilot project dan melakukan evaluasi hal-hal yang masih kurang dan harus dilakukan perbaikan sebelum implementasi secara menyeluruh.
  7. Implementasi sistem dan melakukan evaluasi dan perbaikan secara kontinyu.
Untuk menunjang penerapan virtual office diperlukan aplikasi software berbasis internet untuk memonitor pekerjaan para pegawai di rumah masing-masing. Software ini minimal harus mempunyai feature sebagai berikut (kaskus.co.id) :
1.    Sign in, sign out sebagai absen karyawan. 
2.    VoIP / chat room (online meeting) atau tele conference. 
3.    Upload dan Download assignment.
4.    Activity control (memantau aktifitas komputer karyawan).

Dari sisi pemerintah ada beberapa hal yang bisa dilakukan, seperti:
  1. Menerapkan kebijakan untuk mendorong perusahaan atau instansi untuk menerapkan solusi virtual office atau remote office.
  2. Memberikan insentif kepada perusahaan dan instansi yang menerapkan solusi ini. Bisa berupa pengurangan pajak atau bekerjasama dengan operator telekomunikasi dengan memberikan tarif murah.
Tentu dibutuhkan komitmen dan kerja keras dari semua pihak termasuk perubahan budaya kerja untuk bisa mengimplementasikan solusi ini. Namun demikian, apabila berhasil dijalankan semua pihak akan mendapatkan manfaat yang luar biasa.
Dari sisi perusahaan, implementasi solusi ini akan menghemat biaya gedung, listrik, tunjangan transport, biaya percetakan dan yang terpenting adalah kualitas pekerjaan karyawan karena mereka bekerja dalam kondisi terbaik, tanpa harus menempuh perjalanan berjam-jam tiap hari untuk berangkat dan pulang kantor.
Dari sisi pemerintah, implementasi solusi ini akan mengurangi kemacetan secara signifikan tanpa harus mengeluarkan biaya triliunan rupiah. Implementasi solusi ini, juga akan meningkatkan kepuasan warga negara karena pelayanan yang dilakukan oleh instansi pemerintah menjadi lebih cepat dan terukur.
Terakhir dari sisi warga Jakarta, solusi ini akan berdampak nyata pada peningkatan kualitas hidup sehari-hari. Implementasi solusi ini akan mengembalikan waktu yang selama ini habis oleh kemacetan 4 sampai 6 jam tiap hari. Waktu ini akan sangat berguna untuk keharmonisan keluarga dan mencurahkan perhatian bagi pendidikan anak-anak kita demi masa depan bangsa dan negara di kemudian hari.


Referensi:




Tidak ada komentar:

Posting Komentar